Penyesalan yang Selalu Berada di Akhir

Ardi seorang laki-laki yang berasal dari kota Bandung. Dia sekarang tinggal di kota Tasikmalaya. Kedatangan Ardi ke kota Tasikmalaya dia di suruh oleh orang tuanya untuk belajar mengaji di salah satu pesantren yang berada di kota Tasikmalaya.

Sebelumnya Ardi pernah di tempatkan di pesantren yang lumayan jauh dari pesantren yang sekarang dia tempati. Tapi setelah 1 minggu dipesantren itu Ardi merasa tidak betah. Akhirnya Ardi kabur di pesantren itu dan Ardi pergi ke pesantren yang sekarang dia tempati.

Pada kejadian Ardi kabur dari pesantren itu, semua keluarganya tidak mengetahuinya dan Ardi juga menutupinya dari siapa pun yang dekat dengan keluarganya. Setelah beberapa minggu Ardi ketahuan oleh semua keluarganya ahwa Ardi kabur dari pesantrennya. Keluarganya marah pada Ardi dan menyuruh Ardi untuk kembali pulang ke kota Bandung. Tapi Ardi tidak mau pulang ke Bandung karena Ardi merasa sudah nyaman di kota Tasikmalaya.

Hingga suatu hari, Ardi bertemu dengan seorang perempuan di jalan menuju ke masjid. Ketika Ardi melihat wajah wanita itu Ardi merasa ada yang berbeda, senyumannya secantik bunga yang sedang mekar. Ardi merasa jatuh cinta kepada perempuan itu. Dan akhirnya mereka saling berkenalan. Perempuan itu bernama Anisa. Ardi penasaran banget ingin mengetahui tempat rumah Anisa. Tidak lama Ardi mengetahuinya. Dan ternyata rumah Anisa itu dekat Masjid yang suka dia datangi.

Suatu hari Ardi datang ke rumah Anisa sambil membawa sesuatu. Tujuan Ardi ke rumah Anisa, Ardi mau mengungkapkan perasaannya kepada Anisa. Tidak lama Anisa keluar dari rumahnya. Dan mereka berbicara di depan rumah Anisa. Mereka berbicara dengan waktu yang lumayan lama. Dan disana Ardi berhasil mengungkapkan perasaanya kepada Anisa dan Anisa menerimanya dengan senang hati. Akhirnya mereka sekarang berpacaran.

Anisa datang ke tempat yang biasa dia tempati yang berada di pinggir jalan. Anisa itu tidak hanya sendirian. Anisa suka dengan teman-temannya. Salah satu temannya ada yang bernama Silvi. Mereka duduk disana bukan untuk menunggu seseorang, tapi mereka sekedar untuk bermain. Dan mereka juga suka bernyanyi-nyanyian. Mereka itu kalau sedang bernyanyi mereka tidak pernah merasa malu walaupun mereka suka dilihatin oleh orang-orang yang melewat.

Tidak lama Ardi datang dengan temannya sambil membawa cat. Silvi bertanya kepada Ardi “Hai Ardi dan teman-temanya, kayanya kalian membawa cat tuh, kalian mau ngecat dimana?” Ujar Silvi. Ardi menjawab sambil berjalan menuju ke tempat silvi dan teman-temannya. “Kita mau cat wajah kalian makanya kita ke sini” ujar Ardi. Anisa bertanya kembali “apaan sih gak jelas banget, kita kan gak salah apa-apa, kenapa kita mau di cat?” Ujar silvi sambil menekuk wajahnya. Ardi menjawab “Hmm, gak kok saya cuman bercanda, sebenarnya kita mau ngecat jalan, kan besok hari kemerdekaan, jadi kita mau ngecat jalan.” Ujar Ardi sambil tertawa. Silvi bertanya lagi “Tungu tungu, emangnya di setiap hari kemerdekaan jalan harus di cat?” Ujar Silvi. Ardi menjawab “gak juga sih, tapi ini kemauan kita saja, sudahlah kamu ini jadi banyak bertanya, saya mau memulai ngecatnya.” Ungkap Ardi sambil menekuk wajahnya. Silvi meminta maaf “Oh ya aku minta maaf deh, tapi kita bolehkan kalau kita ikutan mengecat?” Ujar Silvi sambil bersenyum-senyum. Ardi menjawab “Tuh kan bertanya lagi gimana sih kamu ini, ia deh kalian boleh ikutan, tapi dengan satu syarat kalian jangan banyak ngobrol.” Ungkap Ardi.

Dari pembicaraan tadi, hati Anisa sangat menggeludag melihat Silvi dan Ardi berbicara seperti yang asik, padahal cuman bercanda.
Tidak lama mereka mulai mengecat jalan. Tapi, Silvi tidak kebagian alat untuk mengecatnya. Akhirnya Silvi diam, Silvi hanya bisa melihatnya saja, sedangkan Anisa dan Ardi serta teman-temannya lagi pada sibuk mengecat. Lama kelamaan Silvi itu merasa bosan, Silvi mau mengecat juga dan akhirnya silvi merebut alat yang sedang di pakai oleh Ardi sampai-sampai cat yang di pegang oleh Ardi hampir tumpah ke baju Ardi. Dan Ardi mau membalasnya, tapi Silvi langsung lari-lari dan mereka kejar-kejaran saling membalasnya sampai wajah Ardi putih seperti yang sudah mandi cat, tapi Silvi masih tidak bisa mendapatkannya. Dan Anisa melihat mereka dengan wajah yang garang.

Setelah itu Ardi menulis nama Anisa&Ardi dan dilingkari dengan bentuk love. Silvi melihatnya langsung “wah bagus segali tulisan mu sampai-sampai Aku tidak bisa membacanya” cetus Silvi sambil ketawa. Setelah itu Silvi langsung memberitahukan kepada Anisa. Dan Anisa setelah mendengar itu Anisa sangat bahagia akhirnya wajah Anisa kembali seperti biasa dan langsung melihat tulisannya itu sambil bersenyum-senyum. Setelah itu mereka mengecat kembali. Tapi Anisa tidak mengecat lagi, karena Anisa sudah merasa kelelahan dan alatnya di berikan kepada Silvi. Akhirnya Silvi dapat mengecat juga. Tidak lama ketika Silvi sedang ngecat tiba-tiba ada mobil dan silvi pun hampir tertabrak. Tapi untungnya Ardi langsung menolongnya. Mereka berdua saling berhadapan dan malah bertatapan. Dan Anisa langsung melihatnya sambil marah ke silvi “hei Silvi kamu tidak tahu malu ya berduaan dengan pacar saya di depan mata saya sendiri, kamu itu maunya apa sih? Kamu mau merebut Ardi dari saya? Lihat saja ya kalau kamu sampai merebut Ardi dari saya, saya tidak akan mau lagi bertemu dengan kamu, dasar perempuan jalang! Ungkapan Anisa sambil marah-marah.

Anisa pergi pulang dan Ardi mengerjarnya. “Anisa kamu jangan begitu dong kamu harus maafin Silvi ya, dan itu juga bukan salah Silvi kok, itu saya yang salah, kamu harus maafin Silvi ya? Ujar Ardi ke Anisa sambil berjalan.
Disana Silvi cuma diam saja sambil mendengarkan pembicaraan Anisa. Tidak lama Silvi dan teman-temannya pulang. Disepanjang jalan Silvi memikirkan yang tadi dengan Ardi sedangkan pembicaraan dari Anisa tidak di pikirkan sama sekali. Silvi bertanya-tanya, kenapa ya kok harus Ardi yang menolong saya, padahal kan orang lain juga masih banyak?.
Setelah kejadian itu perasan Silvi merasa ada yang berbeda, jika bertemu dengan Ardi, hati silvi membeku.
Selang beberapa hari dari kejadian itu, Anisa dan Silvi baikan lagi. Dan mereka seperti biasa lagi bermain di tempat yang biasa mereka tempati. Tidak lama Ardi datang menuju Anisa secara diam-diam. Dan Ardi melihat Anisa sedang chattan gak tahu dengan siapa, tapi sekarang ini Anisa suka asik sendiri. Ardi langsung merebut hp Anisa dan ternyata Anisa sedang chattan dengan laki-laki lain.

Selang beberapa hari Anisa ketahuan berkali-kali oleh Ardi bahwa dia suka chattan dengan yang lain. Sampai Ardi marah kepada Anisa “Anisa kok kamu gitu sih, suka chattan dengan orang lain, apakah kamu sudah bosan sama aku? Padahal aku sudah bilang sama kamu aku rela menunggumu sampai kapan pun, jangankan sehari, seminggu, sebulan, setahun, bahkan sampai seabad pun aku rela menunggumu” ujar Ardi. Anisa menjawabnya “ia aku salah, lagian kamu juga suka main asik-asikan dengan Silvi tuh, ia aku sekarang minta maaf, aku janji mulai sekarang aku tidak akan chattan lagi sama orang lain” ungkap Anisa.
Setelah itu Ardi melihat Silvi merasa ada yang beda dari sikapnya. Disana Ardi bertanya-tanya tentang sikap Silvi ke Ardi. Setelah beberapa hari Ardi mengerti, bahwa Anisa telah memendam perasaannya pada Ardi, tapi Ardi tidak bicara apa-apa dan Ardi tidak mau membuka hati untuk Anisa karena Ardi sudah mempunyai Anisa.
Setelah beberapa bulan kemudian, Ardi masih tidak pernah memberi kesempatan ke Silvi, padahal sikap Anisa ke Ardi sudah berbeda seperti ada yang disembunyikan kepada Ardi, dan Silvi juga sudah habis-habisan memberi kode ke Ardi supaya Ardi bisa membuka hatinya untuk Silvi, tapi masih tetap saja tidak bisa.

Setelah satu tahun kemudian Anisa memutuskan hubungannya dengan Ardi, dan Anisa langsung dimilikinya oleh oarng lain. Tidak lama Anisa dengan laki-laki itu bertunangan. Dipesta yang ramai itu Ardi merasa kesepian. Setelah Silvi menghadiri acara tunangan Anisa dengan laki-laki lain, Silvi memutuskan untuk pergi keluar kota untuk mencari pekerjaan.

Setelah Silvi diterima di suatu perusahaan, Silvi bertemu dengan seorang laki-laki yang tampan, hatinya putih seperti salju, otaknya sehalus air yang mengalir, berbadan tinggi, memilki hidung yang mancung. Pokoknya laki-laki itu tampan deh (menutur Silvi). Laki-laki itu mengajak Silvi ke suatu rumah makan. Tidak lama mereka jadian dan sampai mereka menikah. Sedangkan Ardi, Ardi merasa kehilangan semuanya, Ardi merasa menyesal karena pada waktu itu Ardi tidak mau membuka hati untuk Silvi malah terus mempertahankan Anisa padahal Anisa tidak bisa mempertahankannya. Akhirnya Ardi tidak memiliki siapa-siapa dan Ardi memutuskan untuk pergi kota Bandung. Tapi Ardi percaya bahwa cinta itu teguh, cinta itu lemah lembut, cinta itu mengasihi.

Dunia itu seperti tanaman hijau yang bisa menyihir mata manusia yang melihatnya, sangat menarik dan indah namun berangsur-angsur seiring waktu karena ia akan menjadi kerontang kering kuning dan akhirnya hancur.

Leave a comment